PENDAHULUAN
- A. Latar Belakang
Berbeda dengan pembabakan sejarah dunia Islam yang sudah cukup mapan, periodisasi sejarah Islam di Indonesia belum begitu jelas. Hal ini terutama karena karya-karya sejarah Islam di Indonesia yang memaparkan secara lengkap masih sangat langka. Karya sejarah Islam yang dapat dikatakan lengkap dan menyeluruh adalah karya Hamka, Sejarah Umat Islam, jilid IV; karya Uka Tjandrasasmita (Ed.), Sejarah Nasional III, dan Taufik Abdullah (Ed.), Sejarah Umat Islam Indonesia. Historiografi Islam di Indonesia memang masih dalam perkembangan awal (Yatim, 2008: 6).
Sebagai seorang muslim Indonesia sudah seyogyanya kita mengetahui lebih dalam mengenai sejarah Islam yang ada di Indonesia dengan cara terus mengkaji sumber-sumber sejarah yang sudah ada maupun dengan mencari dan meneliti sumber-sumber sejarah yang belum ditemukan. Makalah ini akan membahas secara garis-garis besar tentang sejarah penyebaran Islam di Indoesia. Sebenarnya penulis ingin sekali membahas panjang lebar tentang sejarah Islam di Indonesia, tetapi karena alasan tertentu penulis hanya membahas poin-poin yang dianggap penting saja. Berikut ini diuraikan beberapa hal tentang sejarah penyebaran Islam di Indonesia.
BAB 2
PROSES MASUKNYA AGAMA ISLAM DI INDONESIA
- A. Teori-Teori Masuknya Islam di Indonesia
- 1. Islam Datang dari India (Gujarat)
- Batu kubur Sulan Malik As Saleh terbuat dari batu marmer yang sejenis dengan yang ada di India pada abad ke-13.
- Relief yang terdapat dalam makan Sultan Malik As Saleh memiliki corak yang sama dengan yang ada di kuil Cambay India.
- Proses pengislaman mengikuti jalur perdagangan rempah-rempah yang ada di India (Pradito, 2002: 33).
- 2. Islam datang dari Persia
- Di Persia terdapat suku yang bernama Leran. Suku Leran kemungkinan dahulu datang ke Jawa. Hal ini dibuktikan dengan adanya sebuah kampung bernama leran di Gresik, Jawa Timur
- Di Persia terdapat suku Jawi. Suku Jawi diduga mengajarkan huruf Arab di Jawa. Huruf Arab itu disebut dengan huruf Arab Pegon, yang banyak terdapat di Indonesia. 2. Islam Datang dari Arab
- Tulisan Ibnu Batutah menyatakan bahwa Raja Samudera Pasai bermadzhab Syafi’i (Yatim, 2008: 207). Madzhab ini mempunyai penganut terbesar di Mesir dan Mekah. Jika Islam di Indonesia berasal dari Persia, di Indonesia tentunya banyak yang menganuut aliran Syi’ah seperti di Persia. Sebaliknya, jika Islam di Indonesia berasal dari India maka madzhab yang dianut tentunya madzhab Hanafiah seperti yang banyak dianut masyarakat muslim di India.
- Menurut buku yang ditulis oleh Tim Penyusun Studi Islam IAIN Suanan Ampel Surabaya (2005: 270) gelar yang dipakai raja-raja Samudera Pasai adalah al Malik. Gelar ini digunakan oleh raja-raja di Mesir, sedangkan gelar yang biasa dipakai di Persia adalah Syah. Padahal, gelar Syah di Indonesaia baru muncul pada abad ke-15 dan digunakan oleh raja-raja Malaka (cf. Yatim, 2008: 206).
- B. Bukti-Bukti Sejarah
- 1. Batu Nisan dan Makam
- Batu Nisan Islam yang tertua ditemukan di Leran, Jawa Timur. Nisan itu milik seorang wanita bernama Fatimah binti Maimun. Nisannya berangka tahun 475 Hijriah atau 1082 Masehi. Dilihat dari hiasannya, nisan ini dibuat di luar Indonesia. Penemuan ini memunculkan pendapat bahwa masuknya Islam ke Indonesia terjadi sekitar abad ke-11 Masehi (Yatim, 2008: 193; Thohir, 2009: 29).
- Batu Nisan Sultan Kerajaan Samudera Pasai yang pertama. Sultan ini bernama Sultan Malik As Saleh. Nisan itu berangka tahun 696H/1297M (Yatim, 2008: 205).
- Dua batu nisan berangka tahun 781 H/1380M dan 789 H/1389M di Munja Tujoh, Aceh Utara. Kedua nisan ini menunjukkan tahun meninggalnya putra sultan Samudera Pasai ketiga yang bernama Sultan Malik As Zahir (cf. Muljana, 2005: 138).
- Beberapa batu nisan yang memuat kutipan dari Alquran ditemukan di kuburan Trowulan dan Troloyo, Jawa Timur. Tempat ini berdekatan dengan bekas istana kerajaan Majaphit. Ciri batu nisan ini adalah bertulisan huruf Arab , tetapi memakai angka tahun Jawa kuno. Nisan-nisan di Trowulan berangka tahun 1368-1369 M dan beberapa nisan di Troloyo berangka tahun 1376-1611 M. Makam ini diperkirakan milik keluarga raja dari kerajaan Majapahit (Amin, 2000: 30).
- Batu nisan milik Maulana Malik Ibrahim ditemukan di Gresik. Malik Ibrahim adalah salah seorang dari Wali Songo. Nisan ini berangka tahun 822 H/1419M. Hal ini menunnjukkan bahwa pada tahun itu agama Islam sudah masuk di pesisir utara Jawa (Pradito, 2002: 33).
- 2.Catatan Sejarah
- Berita Cina dari Dinasti Thang. Menceritakan adanya orang-orang Ta Tsih yang mengurungkan niatnya untuk menyerang kerajaan Ho Ling. Kerajaan ini dipimpin oleh Ratu Shima tahun 674 Masehi yang sangat kuat. Sebutan Ta Tsih dalam bertia itu ditafsirkan sebagai orang-orang Arab (cf. Yatim, 2008: 192).
- Catatan Ma Huan. Ma Huan adalah musafir dari Cina yang mengunjungi pesisir utara Jawa. Ia mencritakan bahwa pada tahun 1416 M di Gresik terdapat masyarakat muslim. Hal ini membuktikan bahwa telah terjadi proses pengislaman di Majapahit, baik di pusat maupun di daerah pesisir (Yatim, 2008: 197).
- Catatan Marco Polo. Perjalanan Marco Polo menjelajahi samudera di antaranya singgah ke kota Perlak pada tahun 1292 M. Perlak terletak di Sumatera Utara. Di dalam catatan perjalanannya ia menulis bahwa kota Perlak adalah kota Islam (Pradito, 2002: 33).
- Buku berjudul Suma Oriental yang ditulis musafir portugis, yaitu Tome Pires. Isinya adalah catatan tentang penyebaran agama Islam antara tahun 1512-1515 Masehi di Sumatera, Kalimantan, Jawa dan kepulauan Maluku. Tome Pires memberi gambaran tentang bagaimana wilayah-wilayah pesisir Jawa berada di bawah pengaruh muslim:
BAB 3
PROSES PENYEBARAN AGAMA ISLAM
- A. Cara-Cara Penyebaran
- 1. Perdagangan
- 2. Perkawinan
- 3. Pendidikan
- 4. Dakwah
- 5. Akultursi dan Asimilasi kebudayaan
- B. Golongan Penerima Agama Islam
- 1. Para Pedagang
- 2. Para Bangsawan
- 3. Masyarakat
- C. Faktor-faktor Pendukung Penyebaran Islam
1 Ajarannya sederhana, kesederhanaan ajaran agama Islam menjadikan Islam sebagai agama yang sangat mudah dimengerti sehingga dapat diterima oleh setiap orang yang mempelajarinya.
2 Syaratnya mudah, syarat pokok untuk menjadi seorang muslim adalah mengucapkan dua kalimat syahadat, isi dari kedua kalimat syahadat itu adalah pengakuan dan kesaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, serta kesaksian bahwa Muhammad adalah utusan Allah.
3 Upacara-upacara keagamaan sangat sederhana, upacara-upacara keagamaan (ritual) dalam ajaran agama Islam sangat sederhana. Dalam melaksanakan ritual keagamaan, pemeluk agama Islam tidak pernah melakukan hal-hal yang rumit, misalnya sesaji.
4 Tasawuf, ajaran agama Islam yang masuk ke Indonesia telah melewati Iran dan Irak sehingga ajaran Islam ini sudah dipengaruhi oleh unsur-unsur mistis yang disebut tasawuf (Amin, 2000: 62). Ternyata unsur ini lebih menarik, karena memang lebih sejalan dengan pola pikir dan budaya masyarakat Indonesia pada saat itu.
5 Disebarkan melalui damai, ajaran agama Islam disebarkan melalui cara-cara damai, antara lain melalui kesenian daerah setempat, serta akulturasi dan asimilasi dengan kebudayaan.
6 Faktor politik, runtuhnya kerajaan-kerajaan besar seperti Majapahit dan Sriwijaya juga merupakan penyebab pesatnya perkembangan penyebaran Islam di Indonesia.
BAB 4
TOKOH-TOKOH PENYEBARAN AGAMA ISLAM DI INDONESIA
Dari uraian di depan dapat ditarik kesimpulan bahwa islam masuk ke
Indonesia melalui kegiatan pelayaran dan perdagangan. Tentang
golongan-golongan pembawa Islam ke Indonesia sampai sekarang masih
menjadi bahan perdebatan para ahli sejarah, tetapi yang jelas Islam
menyebar di Indonesia juga karena adanya peran para ulama yang gigih
menyebarkan ajaran Islam. Ulama yang datang ke Indonesia tersebar dari
pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Nusa Tenggara, dan
kepulauan Maluku. Jadi, jelaslah bahwa ulama yang datang ke Indonesia
sangat banyak. Begitu banyaknya ulama yang datang, Pradito (2002: 35-39)
membaginya dalam dua kelompok sebagai berikut:- A. Ulama di Luar Jawa
Masa kerajaan Perlak
- Abdullah Arif.
- Qaidul Mujahidin Maulana Naima al Malabary.
- Maulana Ghutub ulama’aly Abdurrahman al Pasy.
- Teungku Ja’kub Blang Peuria.
Masa kerajaan Samudera Pasai
- Sri Kaya Ghiyasyuddin.
- Sayed Ali bin Ali Makarany.
- Bawa Kaya Ali Hsanuddin al Malabary.
Masa kerajaan Aceh
- Maulana As Syekh Nruddin Muhammad Jailany.
- Syeikh Ibrahim as Syami.
- Syeikh Abdul Khoir.
- Syeikh Muhammad al Yamani.
- Hamzah Fansuri.
- Syamsuddin as Sumatrani.
- Nuruddin ar Raniry.
- Abdur Rauf Singkel
- Makdum Patkan.
- Tuan Hassan
Masa kerajaan Siak
- Sayid Abdullah Al kudsi.
- Sayid Usman bin Sahabuddin.
- Sayid Mahammad bin Ahmad Ali Alaydrus.
- Sayid Husin Algadri.
2 Pulau Kalimantan
- Syarif Idrus bin Abdurrahman Alaydrus.
- Syarif Ahmad.
- Syarif Abdurrahman Assegaf.
- Syarif Habib Husain Algadri
- Sayid Hmzah Al barokah
- Syekh Ahmad Falugah.
- Sayid Ali bin Syahbuddin.
- Sayifd Muhammad bin Abdullah bin Abu Bakar Al Warsak.
- Dato’ri Bandang.
- Tuan Tunggang’ri Parangan.
3 Pulau Sulawesi
- Abdul makmur.
- Khatib Sulaiman.
- Khatib Bungsu
- Sayid Jalaluddin.
- Sayid Zein Alydus.
- Syarif Ali.
- Syarif Mansur.
- Alhabib Idrus bin Salim Aljufri.
- Sayid Husein bin Saleh Binjindan.
- Syekh Abdul Wahid.
- Syarif Muhammad.
- Firuz Muhammad
- Sayid Alwi.
4 Pulau Maluku
- Datu Maulana Husein.
- Syekh Mansur.
- Maulan Zaunala Abidin.
- Nunusaku.
- Muhammad Lussy.
5 Bali
- Sayid Muhammad Alaydrus.
- Sayid Ali bin Abubakar Alhamid.
- Haji Sihabuddin.
- Syarif Abdullah binYahya Algadri.
- Abu Hamid.
- Syarif Tua.
- Syekh Bawazir.
6 Kepulauan Nusa Tenggara.
- Habin Husein bin Umar Almasyhur Marzag.
- Habib Abdullah Syahab.
- Sayid Abdurrahman Al Jufri.
- Syarif Abu baker bin Abdurrahman.
- Abdurrahman.
- Pangeran Suryo Mataram.
- Pangeran Ali Basyah.
- Amir Bahren.
- Hamzah Bahren.
- Ahmad bin Alwan.
- Abdussalam bin Jaelani.
- Sayid Ali Murtolo.
- B. Ulama di Pulau Jawa
- Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim.
- Sunan Ampel atau Raden Rahmat.
- Sunan Bonang atau Raden Makhdum Ibrahim.
- Sunan Drajat atau Raden Qasim.
- Sunan Kudus atau Jaffar Shadiq.
- Sunan Giri atau Raden Paku atau Ainul Yaqin.
- Sunan Kalijaga atau Raden Said.
- Sunan Muria atau Raden Umar Said.
- Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah.
BAB 5
PENUTUP
Berbeda dengan masuknya Islam ke negara-negara di bagian dunia
lainnya yakni dengan kekuatan militer, masuknya Islam ke Indonesia
dengan cara damai disertai dengan jiwa toleransi dan saling menghargai
antara penyebar dan pemeluk agama baru (Islam) dengan penganut-penganut
agama lama (Hindu-Budha). Islam di Indonesia dibawa oleh pedagang Arab,
Gujarat dan Persia yang tertarik dengan rempah-rempah. Sambil berdagang
mereka juga membawa dan menyebarkan ajaran agama Islam. Pada awalnya,
agama Islam berkembang di daerah pesisir, yang selanjutnya menyebar ke
daerah-daerah pedalaman. Memang sangat sulit menentukan secara pasti
pada tahun berapa dan berasal dari negara mana pertama kali Islam masuk
ke Indonesia, tetapi kebanyakan para sejarawan berpendapat Islam pertama
kali masuk pada abad pertama Hijriah atau abad ketujuh Masehi. Pendapat
ini didasarkan pada penemuan batu nisan wanita muslimah yang bernama
Fatimah binti Maimun di Leran (Gresik) yang bertahun 475 H atau 1082 M.
Kedatangan Islam ke berbagai daerah di Indonesia yang tidak bersamaan
membuat para peniliti sejarah sulit menentukan periodisasi sejarah Islam
di Indonesia. Mereka juga sulit menentukan pembabakan sejarah Islam
yang ada di Indonesia karena wilayahnya cukup luas sehingga perkembangan
sejarah antara satu daerah dengan daerah yang lain berbeda-beda. Maka
tidaklah aneh apabila para peneliti sejarah Islam dalam karya sejarahnya
mengemukakan pendapat yang kadang saling berseberangan satu sama lain.
Oleh karena itu, penulis makalah ini berusaha melakukan kompilasi dari
berbagai sumber buku. Sayangnya, penulis tidak bisa menguraikan panjang
lebar dan lebih jelas lagi karena beberapa alasan tertentu terkait
pembuatan makalah ini.Buku yang khusus mengupas sejarah Islam di masing-masing kawasan dunia Islam termasuk Indonesia masih terasa jarang dan langka. Lagi pula, apabila kita membandingkan dari setiap struktur dan model karya-karya sejarah yang muncul, akan selalu ditemukan berbagai kelebihan sekaligus kekurangannya. Oleh karena itu, menurut penulis akan semakin lebih baik apabila para peneliti sejarah Islam bisa menyatukan dan membandingkan , serta merangkum masing-masing visi dari setiap tema dan struktur penulisan mengenai perkembangan dan dinamika sejarah Islam ini. Karena dalam wacana historiografi (studi tentang model dan keragaman penulisan sejarah) seringkali ditekankan bahwa menunuliskan kembali sejarah masa lalu adalah terbuka dan milik semua orang, asalkan ia mengerti pada kaidah-kaidah universalnya (Thohir, 2004: 8). Setiap penulis akan memiliki konstruksi pemahaman yang berbeda dengan penulis sejamannya sekalipun dan dengan sadar setiap karya sejarah akan selalu menunjukkan model dan ciri-ciri penafsiran barunya sehingga menambahkan nuansa baru bagi pemahaman sejarah secara umum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar